ACARA
II
PENDINGINAN
A. TUJUAN
1.
Agar mahasiswa dapat
mengetahui proses penanganan hasil pertanian yang baik untuk mempertahankan
kesegaran buah dan sayur.
2.
Agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami pengaruh pendinginan terhadap mutu / kualitas buah dan sayur.
B. DASAR TEORI
Hasil pertanian yang berupa
buah – buahan dan sayuran pada umumnya mudah mengalami kerusakan (perishable). Setelah hasil pertanian dipanen. Maka akan terjadi
perubahan – perubahan sifat fisik, khemis, dan organoleptik. Apabila perubahan
tersebut telah mencapai pada suatu tingkat yang tidak dapat ditolerir oleh konsumen, maka dapat
dikatakan bahwa hasil pertanian mengalami kerusakan. Perubahan buah dari hijau
menjadi kuning dan dari tidak manis menjadi manis setelah dipanen bukanlah
merupakan kerusakan, karena memang hal tersebut diinginkan oleh konsumen,
tetapi apabila terjadi perubahan lebih lanjut, misalnya menjadi asam, keriput
dan berwarana coklat yang tidak diinginkan oleh konsumen, maka buah tersebut
dikatakan rusak. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa hasil pertanian
dapat dikatakan rusak apabila telah menunjukan adanya suatu penyimpangan dari
sifat – sifat yang seharusnya dipunyai seperti rasa, bau, tekstur, dan
sebagainya.
Tipe – tipe kerusakan yaitu
kerusakan fisiologis, mekanis, mikrobiologis fisis, khemis, bilogis, dan
proses. Diantara jenis kerusakan tersebut yaitu kerusakan fisiologis dan
mikrobiologis dapat dihambat salah satunya dengan cara pendinginan.
Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata
yang digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan
biasanya antara – 1°C sampai + 4°C. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan
proses biokimia akan terhambat. Pendinginan biasanya akan mengawetkan bahan
pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis bahan
pangannya. Pendinginan yang biasa dilakukan di rumah-rumah tangga adalah dalam
lemari es yang mempunyai suhu –2°C sampai + 16°C.
Pendinginan umumnya merupakan suatu metode pengawetan yang ringan,
pengaruhnya kecil sekali terhadap mutu bahan pangan secara keseluruhan. Oleh
sebab itu pendinginan seperti di dalam lemari es sangat cocok untuk
memperpanjang kesegaran atau masa simpan sayuran dan buah-buahan. Sayuran dan
buah-buahan tropis tidak tahan terhadap suhu rendah dan ketahanan terhadap suhu
rendah ini berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Sebagai contoh, buah pisang dan
tomat tidak boleh disimpan pada suhu lebih rendah dari 13°C karena akan
mengalami chilling injury yaitu kerusakan karena suhu rendah. Buah pisang yang
disimpan pada suhu terlalu rendah kulitnya akan menjadi bernoda hitam atau
berubah menjadi coklat, sedangkan buah tomat akan menjadi lunak karena
teksturnya rusak.
Meski cukup efektif, sistem pendingin nocturnal memiliki kelemahan
karena hanya dapat bekerja optimal pada malam hari. Kelemahan lainnya, suhu
ruang dari proses pendinginan sangat bergantung pada kondisi cuaca pada malam
hari. Pun suhu ruang yang dihasilkan berdasarkan hasil penelitian selama ini
masih belum dapat menyentuh angka 0 derajat celcius. Oleh sebab itu, penggunaan
sistem nocturnal masih perlu dikawinkan dengan sistem pendingin lainnya.
Buah-buahan yang akan disimpan pada
suhu rendah haruslah yang bermutu baik dan tidak memar. Buah sebelum
didinginkan harus dicuci dan ditiriskan,
buah jangan disimpan dalam keadaan basah, sebab akan merangsang pertumbuhan
kapang dan pembusukan dapat cepat terjadi.
C. ALAT DAN BAHAN
·
Plastik Wrap
·
Wadah
Sterefoam
·
Gunting / pisau
|
·
Lemari pendingin
·
Tomat
·
Apel
·
Jeruk
·
Kol
|
D. CARA KERJA
1.
Tomat, apel, jeruk dan kol dibersihkan dengan air tiriskan sampai air tidak ada.
2.
Lakukan pengamatan berat, warna, aroma, kesegaran dan
tekstur pada sampel yang akan diperlakukan.
3.
Masing – masing sampel diberiperlakuan sebagai berikut
:
a.
Perlakuan 1 : Sampel dibungkus plastik wrap disimpan
pada suhu ruang
b.
Perlakuan 2 : sampel dibungkus plastik wrap disimpan
pada suhu dingin
4.
Satu minggu kemidian lakukan pengamatan kembali.
E. HASIL PENGAMATAN
Sampel : Tomat
Sifat
|
Keadaan awal
|
H+7
|
||
P1
|
P2
|
P1
|
P2
|
|
Berat
|
92,17
|
127,89
|
91,53
|
111,91
|
Warna
|
Merah
kekuningan
|
Merah
kekuningan
|
Merah
|
Merah
|
Aroma
|
Khas
tomat
|
Khas
tomat
|
Masam
|
Segar
|
Kesegaran
|
Segar
|
Segar
|
Busuk
|
Segar
|
Tekstur
|
Keras
|
Keras
|
Berair lunak
|
Keras
|
Sampel : Apel
Sifat
|
Keadaan awal
|
H+7
|
||
P1
|
P2
|
P1
|
P2
|
|
Berat
|
93,91
|
90,43
|
92,87
|
90,53
|
Warna
|
Hijau
pucat
|
Kuning
kemerahan
|
hijau
|
Hijau putih
|
Aroma
|
Khas
apel
|
Khas
apel
|
Masam
|
Segar
|
Kesegaran
|
Segar
|
Segar
|
busuk
|
Segar
|
Tekstur
|
Keras
|
Keras
|
Busuk/ lunsk
|
busuk
|
Sampel : Jeruk
Sifat
|
Keadaan awal
|
H+7
|
||
P1
|
P2
|
P1
|
P2
|
|
Berat
|
100 gr
|
100 gr
|
110,94
|
132,25
|
Warna
|
HIjau
|
Kuning
|
Hijau
|
Hijau putih
|
Aroma
|
Harum
|
Harum
|
Masam
|
Segar
|
Kesegaran
|
Segar
|
Segar
|
busuk
|
Segar
|
Tekstur
|
Lunak
|
lunak
|
Busuk/ lunsk
|
busuk
|
Sampel : Kol
Sifat
|
Keadaan awal
|
H+7
|
||
P1
|
P2
|
P1
|
P2
|
|
Berat
|
290 gr
|
340 gr
|
290
|
290
|
Warna
|
Hiaju putih
|
Hijau putih
|
Hijau
|
Hijau putih
|
Aroma
|
Harum
|
harum
|
Busuk
|
Segar
|
Kesegaran
|
Baik
|
Baik
|
Busuk
|
Segar
|
Tekstur
|
Lunak
|
Lunak
|
Keras
|
Keras
|
Keterangan :
P1 : buah dituangkan dalam wadah plastik dibiarkan pada suhu ruang
P2 : buah dibungkus dengan plastik tipis disimpan di suhu ruang
P3 : buah dibungkus plastik wrap disimpan di
suhu ruang
P4 : buah
dituangkan dalam wadah plastik disimpan di suhu dingin
P5 : buah dibungkus dengan plastik tipis disimpan di suhu dingin
P6 : buah dibungkus plastik wrap disimpan di
suhu dingin
F.
PEMBAHASAN
1.
Tomat
a. Berat
Berat tomat
setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2 mengalami penyusutan,
sedangkan P4, P5, dan P6 cenderung tetap.
b. Warna
Warna tomat
setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P3, dan P3 mengalami perubahan, berubah dari warna
orange menjadi kuning pucat, sedangkan P4, P5, dan P6 tetap berwarna orange.
c. Aroma
Aroma tomat
setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami perubahan menjadi berbau busuk,
sedangkan P4, P5, dan P6 tidak mengalami perubahan aroma.
d. Kesegaran
Kesegaran buah
tomat setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami perubahan menjadi lebih lembek, dan
terdapat bintil hitam dan putih, sedangkan P4, P5, dan P6 tidak mengalami
perubahan.
e. Tekstur
Tekstur buah
tomat setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami perubahan dari halus menjadi tidak
bulat elips utuh karena pada bagian tertentu terlihat lembek dan berlubang,
sedangkan P4, P5, dan P6 tidak mengalami perubahan.
2. Apel
a. Berat
Berat apel
setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami penyusutan, sedangkan P4, P5, dan
P6 cenderung tetap.
b. Warna
Warna apel
setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P3, dan P3 mengalami perubahan, berubah dari warna hijau
menjadi kehitaman, sedangkan P4, P5, dan P6 tetap berwarna hijau.
c. Aroma
Aroma apel
setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami perubahan menjadi berbau busuk,
sedangkan P4, P5, dan P6 tidak mengalami perubahan aroma.
d. Kesegaran
Kesegaran buah apel
setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami perubahan menjadi lebih lembek, dan
terdapat bintil hitam dan putih, sedangkan P4, P5, dan P6 tidak mengalami
perubahan.
e. Tekstur
Tekstur apel
setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami perubahan dari halus menjadi rusak,
sedangkan P4, P5, dan P6 tidak mengalami perubahan.
3.
Jeruk
a.
Berat
Berat jeruk setelah pengamatan minggu
ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3
mengalami penyusutan, sedangkan P4, P5, dan P6 cenderung tetap.
b. Warna
Warna jeruk setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan
P1, P3, dan P3 mengalami perubahan,
berubah dari warna putih menjadi kehitaman, sedangkan P4, P5, dan P6 tetap
berwarna putih.
c. Aroma
Aroma jeruk setelah
pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami perubahan menjadi berbau busuk,
sedangkan P4, P5, dan P6 tidak mengalami perubahan aroma.
d. Kesegaran
Kesegaran jeruk setelah
pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami perubahan menjadi layu dan terdapat
bintil hitam, sedangkan P4, P5, dan P6 tidak mengalami perubahan.
e. Tekstur
Tekstur jeruk setelah
pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami perubahan dari kasar menjadi rusak,
lembek dan berlendir sedangkan P4, P5, dan P6 tidak mengalami perubahan.
4. Kol
a. Berat
Berat kol setelah pengamatan minggu ke 2 untuk
perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami
penyusutan, sedangkan P4, P5, dan P6 cenderung tetap.
b. Warna
Warna kol
setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P3, dan P3 mengalami perubahan, berubah dari warna putih
menjadi kehitaman, sedangkan P4, P5, dan P6 tetap berwarna putih.
c. Aroma
Aroma kol
setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami perubahan menjadi berbau busuk,
sedangkan P4, P5, dan P6 tidak mengalami perubahan aroma.
d. Kesegaran
Kesegaran kol
setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami perubahan menjadi layu dan terdapat
bintil hitam, sedangkan P4, P5, dan P6 tidak mengalami perubahan.
e. Tekstur
Tekstur kol
setelah pengamatan minggu ke 2 untuk perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami perubahan dari kasar menjadi rusak,
lembek dan berlendir sedangkan P4, P5, dan P6 tidak mengalami perubahan.
G.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan
proses penyimpanan dengan pendinginan/
refigerasi pada buah-buahan
dan sayuran seperti kol, menunjukan bahwa penyimpanan pada suhu dingin
akan membuat buah-buahan dan sayuran lebih
tahan lama dibandingkan
dengan penyimpanan pada suhu ruang.
H.
PUSTAKA
Kotinoja, Lisa, dan Adel A Kader.2002. Praktik-praktik Penanganan Pascapanen Skala
Kecil : Manual untuk Produk Holtikultura (Edisi ke 4) diterjemahkan oleh
IMade S Utama. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Denpasar-Bali.
STPP, dkk. 2015. Petunjuk Praktikum PTHP, Yogyakarta : STPP Jurluhtan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar