ACARA IX
PENANGANAN BUAH PISANG
A. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh gas etilen terhadap perubahan
mutu pisang selama penyimpanan.
B.
DASAR TEORI
Mengingat bahwa buah-buahan terdiri dari buah
klimakterik dan buah non-klimakterik yang menyebabkan terjadinya perbedaan
waktu selama proses pematangan, seringkali produsen menggunakan penambahan gas
etilen lain untuk memenuhi permintaan pasar dalam mempercepat pematangan buah,
seperti penambahan kalsium karbida (karbit), kalium permanganate (KMnO4),
maupun dengan penambahan asam askorbat (vitamin C).
Etilen merupakan hormone tumbuh yang diproduksi
dari hasil metabolism normal dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan
buah dan kerontokan daun. Etilen disebut juga ethane. Senywa etilen pada
tumbuhan ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut juga gas etilen. Gas etilen
tidak berwarna dan mudah menguap. Etilen memiliki struktur yang cukup sederhana
dan diproduksi pada tumbuhan tingkat tinggi.
Selama proses pemasakan buah pisang akan mengalami
perubahan sifat fisik dan kimiawi, antaralain adalah : perubahan tekstur, aroma
dan rasa, kadar pati dan gula (Pantastico, 1989). Tekstur buah ditentukan oleh
senyawa-senyawa pectin dan selulosa. Selama pemasakan buah menjadi lunak karena
menurunnya jumlah senyawa tersebut. Selama itu jumlah protopektin yang tidak
larut berkurang sedang jumlah pectin yang larut menjadi bertambah. Jumlah
selulosa buah pisang yang baru dipenen adalah 2-3% dan selama pemasakan buah
jumlahnya akan berkurang. (Palmer 1981).
Pematangan buah merupakan suatu variasi dari
proses penuaan melibatkan konversi pati atau asam-asam organic menjadi gula,
pelunakan dinding-dinding sel, atau perusakan membrane sel yang berakibat pada
hilangnya cairan sel sehingga jaringan mongering. Pada tiap-tiap kasus,
pematangan buah distimulasi oleh gas etilen yang berdifusi ke dalam ruang-ruang
antarsel buah. Gas tersebut juga dapat berdifusi melalui udara dari buah satu
ke buah lainnya, sebagai contoh satu buah apel ranum akan mampu mematangkan keseluruhan
buah buah dalam satu lot. Buah akan matang lebih cepat jika buah tersebut
disimpan didalam kantung plastic yang mengakibatkan gas etilen terakumulasi.
Pada skala komersial berbagai macam buah misalnya tomat sering dipetik ketika
masih dalam keadaan hijau dan kemudian sebagian dimatangkan dengan mengalirkan
gas etilena.
Pada kasus lain, petani menghambat proses
pematangan akibat gas etilen alami. Penyimpanan buah apel yang dialiri dengan
gas CO2 yang selain berfungsi menghambat kerja etilen, juga mencegah akumulasi
etilen. Dengan teknik ini buah apel yang dipanen pada musim gugur dapat
disimpan untuk dijual pada musim panas berikutnya.
Selain menunggu buah matang langsung dari
pohonnya, orang-orang bisa menggunakan cara tradisional dengan cara memeram
buah dengan karbit (kalsium karbida).
Di dalam buah terdapat zat kimia yang disebut
etilin, zat alami tersebut yang berperan dalam proses pematangan buah.
Sedangkan karbit atau kalsium karbida (CaC2) yang bila terkena
air/uap yang mengandung air akan menghasilkan gas asetilin (tidak alami) yang
menghasilkan panas dan berfungsi sama seperti etilin sehingga buah cepat
matang, dengan cara buah ditempatkan di tempat tertutup.
Karbit digunakan untuk pematangan buah-buahan
(fruit ripening) utamanya untuk buah manga, pisang, dan papaya. Rekayasa
tersebut dapat membuat buah matang merata dengan warna menarik tanpa mengurangi
kualitas. Sedang dalam usaha percepatan pembibitan kentang, karbit dapat
memperpendek masa tidur (dormancy period) bibit kentang yang biasanya 5-6 bulan
menjadi sekitar 2-3 bulan.
C. BAHAN
DAN ALAT
Bahan yang digunakan adalah pisang mentah,
karbit (sumber ethylene), sedangkan alat yang digunakan adalah kertas Koran dan
kardus.
D. LANGKAH
KERJA
1.
Menyiapkan
pisang yang mentah
2.
Menyiapkan
kardus yang digunakan sebagai tempat pemeraman dan kertas semen/kertas Koran.
3.
Membungkus
karbit dengan kertas, kemudian meletakannya pada dasar kardus yang sudah diisi
lapisan kertas semen/kertas Koran.
4.
Meletakan
pisang di atas karbit tadi
5.
Menutup
kardus rapat-rapat.
6.
Sebagai
control simpan pisang di dalam kardus tanpa karbit (control 1 kelas 1 saja)
7.
Lakukan
pengamatan
NOTE : pemakaian karbit biasanya + 1 gram per kg
pisang
E. HASIL
PENGAMATAN
Pengamatan
|
Pisang
tanpa karbit
|
Pisang +
karbit 0.5 g/kg
|
Pisang
+ karbit 1 g/kg
|
Pisang
+ karbit 1.5 g/kg
|
Pisang +
karbit 2 g/kg
|
Jangka
waktu pengamatan
|
|
|
|
|
|
Hari 0
Pisang
Mentah
ü Warna
kulit
ü Aroma
ü Rasa
ü Tekstur
|
Hijau
Khas Pisang
Kalat
Keras
|
Hijau
Khas Pisang
Kalat
Keras
|
Hijau
Khas Pisang
Kalat
Keras
|
Hijau
Khas Pisang
Kalat
Keras
|
Hijau
Khas Pisang
Kalat
Keras
|
Hari 0
Pisang
Matang
ü Warna
kulit
ü Aroma
ü Rasa
ü Tekstur
|
Kuning
Harum
Kalat
Lunak
|
Kuning
Harum
Kalat
Lunak
|
Kuning
Harum
Kalat
Lunak
|
Kuning
Harum
Kalat
Lunak
|
Kuning
Harum
Kalat
Lunak
|
Hari 4
Pisang
Mentah
ü Warna
kulit
ü Aroma
ü Rasa
ü Tekstur
|
Hijau
Khas Pisang
Kalat
Keras
|
Hijau
Khas Pisang
Kalat
Keras
|
Hijau
Khas Pisang
Kalat
Keras
|
Hijau
Khas Pisang
Kalat
Keras
|
Hijau
Khas Pisang
Kalat
Keras
|
Hari 4
Pisang
Matang
ü Warna
kulit
ü Aroma
ü Rasa
ü Tekstur
|
Kuning
Bintik hitam
Harum
Kalat
Lunak
|
Kuning hitam
Harum
Kalat
Lunak
|
Kuning
Bintik hitam
Harum
Kalat
Lunak
|
Kuning
Bintik hitam
Harum
Kalat
Lunak
|
Kuning
Bintik hitam
Harum
Kalat
Lunak
|
F. PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan
praktikum diketahui bahwa identifikasi pengaruh gas etilen terhadap perubahan mutu pisang selama penyimpanan dilakukan dua perlakuan
yaitu perlakuan dengan menggunakan karbit dan perlakuan tanpa menggunakan
karbit (control). Pada hari pertama sampai hari ke empat proses dua perlakuan
tersebut ternyata memiliki beberapa kriteria perubahan. Proses yang dilakukan
pada hari pertama yaitu pisang mentah yang digunakan sebagai sampel pada dua
perlakuan tersebut. Perlakuan sampel satu menggunakan pisang mentah yang diberi
karbit, dibungkus dengan kertas koran dan dimasukan kedalam kardus yang
kemudian diberi perlakuan berupa karbit 0,5 gram/kg, sedangkan pada perlakuan
kedua control sampel pisang mentah dibungkus dengan kertas koran juga lalu
dimasukan kedalam kardus. Proses pengamatan ini dilakukan selama 4 hari, dengan
kriteria yang diamati berupa warna kulit, aroma, rasa, tekstur. Hari pertama
pengamatan antara control dan perlakuan dengan karbit memiliki kriteria yang
sama yaitu warna kulit hijau, aroma harum/getah, rasa kalat, dan tekstur keras.
Setelah hari
keempat dilakukan pengamatan ulang dan ternyata antara perlakuan menggunakan
karbit dan tanpa menggunakan karbit tidak memiliki perbedaan sama sekali.
Karena kriteria penilaian yang diamati tersebut tidak memiliki perbedaan, tanpa
karbit memiliki warna kulit kuning, aroma harum, rasa manis, dan tekstur
lembut, sedangkan perlakuan menggunakan karbit memiliki warna kulit kuning, aroma
harum, rasa manis, dan tekstur lembut. Hal ini menunjukan tanpa menggunakan
karbit pun buah pisang tetap masak dan mempunyai kriteria yang tidak berbeda
dengan penggunaan karbit.
Dari hasil praktikum pisang yang
dimatangkan dengan karbit paling cepat (tidak sampai tiga hari) matangnya,
tetapi proses pembusukannya pun paling cepat. Dari praktik yang dilakukan
dengan tidak ada perbedaan, masih didapatkan perbedaan setelah satu minggu,
proses perbedaan tersebut nampak setelah satu minggu. Mengapa dikatakan tidak
ada perbedaan ? karena hasil pengamatan tersebut baru empat hari dari
perlakuan, sehingga warna kulit, aroma, rasa dan tekstur belum menunjukan
perbedaan yang signifikan.
G. KESIMPULAN
Dari identifikasi pengaruh gas etilen terhadap perubahan mutu pisang
selama penyimpanan diketahui bahwa pengaruh gas etilin yang tepat untuk mempercepat proses pemasakan lebih cepat namun proses pembusukannya pun
lebih cepat jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan karbit, proses
pematangannya bisa sampai empat hari dan pembusukannya masih bisa bertahan
hingga seminggu.
H. DAFTAR
PUSTAKA
Sahabat kimia. 2014. “Pisang Karbitan (Salah Satu Manfaat
Alkuna dalam Kehidupan
pada 14 April 2015 jam 0:28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar