ACARA X
CURING PADA UMBI-UMBIAN
A. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan proses
curing pada umbi-umbian dan pengaruhnya pada kualitas umbi-umbian.
B. DASAR
TEORI
Curing atau kuring untuk produk dari akar dan
umbi seperti ketela rambat, kentang, ubi kayu atau kasava dan talas-talasan
adalah praktik penting bila produk tersebut akan disimpan untuk bebrapa lama.
Kuring merupakan proses penyembuh luka melalui proses pembentukan lapisan gabus
pada kulit.
Kuring dilakukan dengan menempatkan produk pada
suhu tinggi dan kelembaban nisbi tinggi untuk beberapa hari untuk memungkinkan
penyembuhan luka saat panen dan terbentuknya lapisan sel-sel pelindung.
Walaupun kuring awalnya mengeluarkan biaya, namun perpanjangan masa simpan
membuatnya menguntungkan secara ekonomis. Kondisi terbaik untuk kuring adalah
bervariasi antar produk seperti diperlihatkan pada table dibawah ini.
Kuring, bila dilakukan terhadap bawang merah,
bawang putih, dan umbi lapis dari bunga merujuk pada praktik penanganan setelah
panen memungkinkan lapisan luar kulit dan jaringan pada leher produk untuk
mongering sebelum penanganan dan penyimpanan dilakukan. Jika kondisi iklim
local mengijinkan, produk-produk tersebut dapat dipangkas bawahnya di lapangan,
dijejer-anginkan dan dibiarkan di lapangan selama lima sampai sepuluh hari.
Bagian ujung tanaman yang sudah kering dapat diatur penempatannya dengan
menutup atau menaungi selama proses kuring, melindungi produk dari panas
berlebihan. Jika udara panas yang dihembuskan cepat digunakan untukkuring bawang
dan umbi lapis lainnya, direkomendasikan cukup satu hari atau mungkin kurang
satu hari pada suhu 35-45oC (95-113oF) dan kelembaban
nisbi 60-75%. Lapisan kulti yang sudah kering kemudian melindungi produk dan
kehilangan atau susut air selama penyimpanan.
Umbi merupakan satu organ dari yang merupakan
modifikasi dari organ lain dan berfungsi sebagai penyimpan zat tertentu
(umumnya karbohidrat). Organ yang dimodifikasi dapat brupa daun, batang, atau
akar. Bentuk modifikasi ini biasanya adalah pembesaran ukuran dengan perubahan
anatomi yan gsangt jelas terlihat. Umbi biasanya terbentuk tepat di bawah
permukaan tanah.
Metode curing sebenarnya telah digunakan sejak
jaman peradaban kuno. Dimana pada saat itu, garam digunakan dalam konsentrasi
tertentu untuk mengawetkan daging. Selain garam, curing juga dilakukan dengan
menggunakan nitrit atau nitrat. Metode tersebut sangat penting, terutama ketika
fasilitas pengawaetan menggunakan suhu dingin masih minim.
Dalam perkembangannya, teknik pengawetan dengan
menggunakan curing dinilai tidak lagi efesien. Apalagi setelah system rantai
dingin berkembang dengan pesat. Namun, masih banyak industry pengolahan daging
yang melakukan curing. Namun, tujuan utamanya buakn lagi untuk mengawetkan,
tetapi untuk membentuk sifat sensori tertentu pada daging – seperti menciptakan
warna tertentu, memodifikasi rasa, atau memperkaya flavor. Sehingga, selain
garam dan sodium nitrit, seringkali juga ditambahkan ingridien pendukung
lainnya.
C. ALAT
ADAN BAHAN
Bahan yang digunakan adalah talas,
ubi jalar, singkong, kentang
Sedangkan alat yang digunakan adalah
pisau, Waskom.
D. LANGKAH
KERJA
1.
Timbang
umbi-umbian sebanyak 1 kg
2.
Amati
kondisi fisik dari umbi-umbian tersebut
3.
Lukai
umbi-umbian tersebut menggunakan pisau
4.
Umbi-umbian
tersebut kemudian dibagi menjadi 2, sebagian disimpan di suhu ruang dan
sebagian lagi disimpan di tempat lembab.
5.
Setelah
1 minggu, umbi-umbian tersebut diamati.
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel pengamatan suhu ruang
Pengamatan
|
Sampel
|
|||||||
Talas
|
Ubi jalar
|
Singkong
|
Kentang
|
|||||
Hari ke-0
|
Hari ke-7
|
Hari ke-0
|
Hari ke-7
|
Hari ke-0
|
Hari ke-7
|
Hari ke-0
|
Hari ke-7
|
|
Berat
|
610
|
600
|
530
|
525
|
850
|
840
|
330
|
325
|
Warna kulit
|
Coklat
|
coklat
|
Kekuningan
|
kekuningan
|
kecoklatan
|
kecoklatan
|
kuning
|
kuning
|
Tekstur
|
Keras
|
|
Keras
|
keras
|
keras
|
keras
|
Keras
|
keras
|
Bau
|
khas
|
Khas
|
Khas
|
khas
|
khas
|
khas
|
Khas
|
Khas
|
Kondisi
|
2 penampang
sayatan
|
Mengering
keras menyempit namun tumbuh jamur pada lapisan gabus
|
2 penampang
sayatan
|
Mengering dan
menyempit
|
Di geruk
keliling
|
Menjamur
keliling
|
1 penampang
sayatan
|
Busuk melebar
|
Keterangan : kondisi luka apakah semakin lebar
atau tidak
Tabel
pengamatan suhu lembab
Pengamatan
|
Sampel
|
|||||||
Talas
|
Ubi jalar
|
Singkong
|
Kentang
|
|||||
Hari ke-0
|
Hari ke-7
|
Hari ke-0
|
Hari ke-7
|
Hari ke-0
|
Hari ke-7
|
Hari ke-0
|
Hari ke-7
|
|
Berat
|
410
|
410
|
490
|
500
|
875
|
885
|
420
|
450
|
Warna kulit
|
Coklat
|
Coklat
|
Kekuningan
|
Kekuningan
|
kekuningan
|
kekuningan
|
Kuning
|
Kuning dengan
bercak coklat
|
Tekstur
|
Keras
|
Keras
|
Keras
|
keras
|
Keras
|
keras
|
Keras
|
Lembek busuk
|
Bau
|
Segar khas
|
Segar khas
|
Segar khas
|
Segar khas
|
Segar khas
|
Segar khas
|
Segar khas
|
Masam busuk
|
Kondisi luka
|
2 penampang
sayatan
|
Mengering
keras menyempit namun tumbuh jamur pada lapisan gabus
|
2 penampang
sayatan
|
Mengering da
menyempit
|
Di geruk
keliling
|
Menjamur
keliling
|
1 penampang
sayatan
|
Busuk melebar
|
F. PEMBAHASAN
Proses curing adalah sebagai cara efektif dan efisien untuk mengurangi kehilangan air, perkembangan penyakit pada beberapa sayuran umbi. Beberapa jenis komoditi di curing setelah panen sebelum penyimpanan dan pemasaran adalah bawang
putih, ketela rambat, bawang merah dan sayuran umbi tropis lainnya seperti Yam
dan Casava.
Ada dua jenis curing pada kentang dan ketela pohon, curing memberikan kemampuan permukaan yang terpotong,
pecah atau memar saat panen, untuk melakukan penyembuhan melalui perkembangan
jaringan gabus eriderm pada bagian yang luka.
Hasil
praktikum yang dilakukan pengamatan curing pada umbi-umbian dengan beberapa
sampel yaitu Ubi jalar, kentang, ketela dan talas. Proses perlakuan dibuat dua
perlakuan yaitu pada suhu lembab dan pada suhu ruangan. Pada perlakuan tersebut bahan-bahan yang
digunakan sebagai sampel dilukai untuk dilakukan pengamatan. Setelah umbi-umbi
dilukai kemudian dibagi menjadi dua bagian dan disimpan pada dua tempat yang
berbeda yaitu suhu ruangan dan suhu lembab.
Setelah satu minggu ternyata
pada ubi jalar,ketela, talas dan kentang yang disimpan pada suhu lembab tenyata
memberikan kemampuan
permukaan yang tadinya dilukai,
melakukan penyembuhan melalui perkembangan jaringan epiderm. pada suhu ruangan pun
tidak jauh berbeda, terjadi proses curing mengering dan keras pada penampang
luka sayatan. Pada penyimpanan suhu lembab terjadi sedikit pembusukan pada
kentang karna basah akibat kesalahan prosedur penyimpanan. Begitu pula pada
ketela akibat luka geruk yang keliling pada umbinya. Sementara pada suhu ruang
tumbuh jamur menghitam dan luka melebar pada umbi talas. Sementara aroma, warna
dan tekstur tidak banyak mengalami perubahan.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil praktikum untuk
melakukan proses curing pada umbi-umbian dan pengaruhnya pada kualitas
umbi-umbian sangat
berperan, karena untuk dapat mempertahankan kualitas umbi dari tanaman tertentu
yang dapat memberikan
kemampuan permukaan yang terpotong, pecah atau memar saat panen, untuk melakukan penyembuhan melalui perkembangan
jaringan eriderm pada bagian yang luka namun jika suhu lembab terlalu lama atau terkena
air maka dapat menimbulkan jamur dan membusuk.
H. DAFTAR PUSTAKA
Puspojati, Endah, dkk. 2015. Petunjuk
Praktikum PTHP, STPP Jurluhtan Yogyakarta
(untuk
kalangan sendiri)
Utama, I Made S. 2010. “Penanganan Pascapanen
Buah dan Sayuran Segar”. Diakses
F, Hendry Noer. 2011. “Curing Tidak Sekedar Mengawetkan”. Diakses dari
www.foodreview.co.id Pada 13 April 2015.
Suwito, Romo Selamat. 2008. “Pasca Panen
Umbi-Umbian”. Diakses dari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar